Kaum Muslim harus waspada, jangan-jangan kurikulum negeri ini pun tak lepas dari cengkraman penjajah. Pasalnya, yang namanya penjajah tidak akan melepaskan cengkramannya atas negeri jajahannya. Baru-baru ini WikiLeaks membocorkan rahasia bahwa Inggris dan AS ternyata bekerjasama untuk merusak generasi muda Muslim melalui perubahan kurikulum sekolah.
Seperti dikabarkan oleh harian Guardian, Selasa, 21/12/2010, pejabat pemerintah Inggris telah bergerak untuk mempengaruhi pendidikan Islam di Bangladesh sebagai bagian dari strategi kontra terorisme.
Kawat rahasia diplomatik yang dibocorkan oleh WikiLeaks mengungkapkan bagaimana Departemen Pembangunan Internasional (DFID) telah bekerjasa sama dengan AS untuk mengubah kurikulum ribuan madrasah atas nama "tujuan bersama kontra terorisme".
Dalam satu kabel yang mendiskusikan taktik kontra terorisme antara Inggris dan AS untuk Bangladesh, Duta Besar AS untuk Dhaka, James Moriaty, mencatat bagaimana rencana mereka terlibat meminta perdana menteri negara itu, Sheikh Hasina, untuk mengembangkan dan menerapkan kurikulum standar bagi sekolah-sekolah madrasah Islam yang tidak teratur.
Tindak lanjut dari desakkan AS cicanangkan melalui sebuah proposal "program pengembangan kurikulum" bagi sebuah madrasah untuk pemerintah Bangladesh oleh agen pengembangan pemerintah AS, USAID.
Di Bangladesh terdapat sekitar 64.000 sekolah Islam. Mereka dilihat sebagai bagian penting dari sistem pendidikan Bangladesh, sering menyediakan sekolah gratis bagi anak-anak yang orang tuanya tidak dapat mengirim mereka ke sekolah-sekolah konvensional.
Namun, 15.000 madrasah telah menjadi penyebab tetap bagi perhatian pemerintah saat ini yang mengklaim standar pendidikan yang diterima lebih miskin dari rata-rata.
Beberapa juga menyalahkan madrasah bagi anak-anak radikal, dengan klaim yang mereka gunakan untuk mendirikan kamp-kamp pelatihan jihad.
Beberapa pekan lalu, pemerintah Bangladesh memerintahkan sebuah investigasi pendanaan bagi madrasah setelah mengklaim bahwa kelompok Islam Hizbut Tahrir telah membangun pangkalan di sana.
Dr. Ghaysuddin Siddiqui dari Muslim Institute di London, sepakat bahwa intervensi DFID merupakan upaya untuk mencegah radikalisasi pemuda Muslim di Asia Selatan. "Ini merupakan masalah yang sangat tua," katanya. "Ada kebutuhan untuk melihat kurikulum yang tidak teratur untuk waktu yang sangat lama."
Memang sudah bukan rahasia lagi, program-program pesanan asing, seperti proyek deradikalisasi sebagai upaya menjinakkan umat Islam. Ada upaya sistematis untuk mempertahankan Sekularisme, dan penjajahan di negeri kaum Muslim. Karena itu, siapapun yang mengancam keduanya, akan diberi stigma, seperti Radikal, Fundamentalis, Teroris dan Kekerasan. Tujuannya agar umat menjauhinya, dan tidak memberikan dukungan kepada perjungannya.
Cara yang paling berbahaya, yang digunakan oleh penjajah adalah dengan menyesatkan opini umat Islam. Maka, lahirlah proyek deradikalisasi. Deradikalisasi ini sebenarnya bertujuan untuk menjinakkan umat Islam agar menerima Sekularisme dan penjajahan. Karena, kaum penjajah tahu, bahwa Islam merupakan sumber perlawanan, yang bisa mengancam kelangsungan penjajahan mereka. Istilah "terorisme" sendiri telah diciptakan oleh Barat untuk melegalkan pembunuhannya terhadap kaum Muslim seperti di Irak, Afghanistan, dan Pakistan.
AS Intervensi Kurikulum: Merusak Generasi!
Sangat jelas sekali, seperti yang telah terungkap sebelumnya oleh mereka yang memiliki kepedulian yang mendalam tentang kondisi dunia Islam, bahwa negeri-negeri imperialis akan terus berusaha mempengaruhi negeri jajahannya, termasuk dalam pendidikan.
Rahasia yang telah dibocorkan oleh WikiLeaks tentang rencana keji negara imperilis seperti Inggris dan AS untuk mengubah kurikulum pendidikan menjadi cambuk bagi kaum Muslim yang semestinya melirik kembali sistem pendidikan di negeri mereka.
Umat hari ini dapat memahami, mengapa kurikulum pendidikan yang diterapkan di negeri-negeri Muslim, termasuk di negeri ini, masih jauh dari standar kurikulum Islam. Satu pertanyaan sederhana, mengapa di sekolah-sekolah umum tidak ada pembelajaran Bahasa Arab, padahal mayoritas di negeri ini Muslim dan bahasa Arab merupakan alat untuk memahami Islam? Justru yang ada adalah Bahasa Inggris, terlebih lagi bagi sekolah-sekolah yang berstandar internasional. Pantas sebagian generasi Muslim tidak memahami al-Quran yang semestinya menjadi panduan hidup mereka.
Mengapa porsi pembelajaran Islam sebagai agama yang sempurna hanya dua jam dan itu juga sebatas ritual belaka? Mengapa sumber-sumber rujukan dalam bidang ekonomi, ketatanegaraan, dan materi-materi lainnya terutama tsaqafah hampir kebanyakan dari para 'pakar' yang berasal dari Barat? Sulit ditemukan sumber rujukan yang mengutip pemikiran-pemukiran dari para pemikir Muslim yang sebenarnya berfikir cerdas dan cemerlang.
Mengapa Sistem Pergaulan dalam Islam tidak pernah dibahas untuk anak-anak Muslim tetapi malah disisipkan Kesehatan Reproduksi Remaja? Dari sini umat dapat mengerti mengapa kerusakan demi kerusakan yang menimpa generasi muda Muslim terus terjadi dari hari ke hari? Para pemilik modal berusaha meraup keuntungan sekalipun mereka menggiring generasi pada titik nadhir yang sangat rendah.
Jangan-jangan, kurikulum di negeri ini pun telah dipengaruhi oleh AS? Memang tidak perlu menunggu bocoran dari WikiLeaks, seperti dinyatakan oleh pihak kedubes AS, "tidak ada agenda tersembunyi di Indonesia." Karena memang agenda AS tersebut telah tampak jelas. Jika demikian adanya wajar, jika kerusakkan sebagian remaja terjadi mulai dari pergaulan bebas dan mental terjajah, menunjukkan pendidikan hari ini gagal mendidik anak negeri. Jika benar demikian, inilah sebenarnya yang diinginkan oleh negara imperialis!
Lalu sampai kapan kaum Muslim akan menyepelekan agama mereka, Islam? [m/r/guardian/syabab.com]
Sumber:
http://dakwahkampus.com/berita/akhbar/1374-wikileaks-as-a-inggris-intervensi-pendidikan.html